Asuhan keperawatan klien dengan scoliosis
Kamis, 10 Maret 2011
1. Pengertian
a). Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah (Long Bc, 1996 )
b). Skoliosis merupakan deformitor tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral ( Rasyad Ch,1998 )
c). Skoliosis adalah tulang belakang yang melengkung dan dapat termasuk rotasi (Price ,S. dkk., 1995)
2. Anatomi dan Fisiologi
Bentuk dan tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut :
1). Badan Ruas : Merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak disebelah depan.
2). Lengkung Ruas : Bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang belakang, terletak disebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa tonjolan, yaitu :
a. Prosesus Spinosus / Taju Duri ; terdapat ditengah-tengah lengkung ruas dan menonjol kebelakang.
b. Prosesus Transversum / Taju Sayap ; terdapat disamping kiri dan kanan lengkung ruas.
c. Prosesus Artikularis / Taju Penyendi ; membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (Vertebralis).
Fungsi Ruas Tulang Belakang, adalah sebagai berikut :
1. Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain.
2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang panggul.
4. Menentukan sikap tubuh.
Bagian-Bagian Dari Ruas Tulang Belakang, adalah sebagai berikut :
1. Vertebra Servikalis ( Tulang Leher )
Terdiri dari 7 ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya yang besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat melewatinya saraf yang disebut Foramen Tranversalis (Foramen Tranversorium). Ruas pertama Vertebra Servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas ke-7 mempunyai taju yang disebut Prosesus Prominan, taju ruasnya agak panjang.
2. Vertebra Torakalis ( Tulang Punggung )
Terdiri dari 12 ruas, badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang dan melengkung. Pada bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan kanan, membentuk persendian dengan tulang iga.
3. Vertebra Lumbalis ( Tulang Pinggang )
Terdiri dari 5 ruas, badan ruasnya besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak, bagian ruas dari ke-5 ruas yang agak menonjol disebut Promontorium.
4. Vertebra Sakralis ( Tulang Belakang )
Terdiri dari 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai sebuah tulang. Disamping kiri dan kanannya terdapat lubang-lubang kecil 5 buah, yang disebut Foramen Sakralis. OS Sakrum menjadi dinding bagian belakang dari rongga panggul.
5. Vertebra Koksigialis ( Tulang Ekor )
Terdiri dari 4 ruas, ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut juga Os Koksigialis, dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sakrum.
3. Etiologi
a. Faktor Herediter
Yaitu yang diturunkan secara Autosomal Dominan, kelainan ini terjadi akibat adanya abnormalitas tulang bawan yang mengenai vertebra maupun struktur-struktur pada vertebra.
b. Kongenital
Yaitu ada sejak lahir.
c. Didapat
Yaitu tidak ada sejak lahir, tetapi berkembang pada masa berikutnya.
d. Idiopatik
Tidak diketahui penyebabnya, jenis ini lebih umum, biasanya berkembang pada remaja.
e. Fungsional
Postural / Non Struktural, berkembang dari pengaruh postur yang temporer atau sementara dan mudah diperbaiki.
f. Struktural
Perubahan pada struktur tulang belakang karena sebab yang bervariasi.
g. Paralytik
Berkembang menyertai penyakit seperti Polimyelitis.
Klasifikasi Skoliosis
1. Skoliosis Non Struktural ( Bersifat Reversibel )
a. Skoliosis Portural
b. Nyeri dan Spasme otot
c. Tungkai bawah tidak sama panjang, yang terdiri dari :
- Tidak sama panjang yang sebenarnya.
- Tidak sama panjang yang tidak sebenarnya ( relatif ) karena kemiringan pelvis.
2. Skoliosis Struktural ( Bersifat Ireversibel )
a. Skoliosis Idiopatik yang terdiri atas :
- Jenis Infantil 0 – 3 tahun
- Jenis Juventil 4 – 9 tahun
- Jenis Adolesen 10 pertumbuhan berhenti.
b. Skoliosis Osteopatik, terdiri atas :
a). Kongenital
- Bersifat lokal seperti Hemivertebra
- Bersifat umum seperti Osteogenik Imperfekta
b). Didapat
- Fraktur dan dislokasi tulang belakang
- Penyakit Rakitis dan Osteomalasia
- Torakogenik, misalnya penyakit paru Unilateral
c. Skoliosis Neuropatik, terdiri atas :
a). Kongenital
- Spinabifida dengan Mielodisplasia, Neurofibromotosis
b). Didapat
- Poliomielitis, Paroplegi, Penyakit Friedreich, ataksia, Siringomiella.
d. Skoliosis Miopatik
4. Insidens
Insidens Skoliosis diperkirakan sebanyak 2% dari populasi penduduk. Cara terbaik untuk mengetahui Insidens Skoliosis adalah dengan melakukan survei pada anak-anak SD dan SMP. 85% dari Skoliosis Struktural bersifat Idiopatik dan biasanya ditemukan lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki.
5. Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis atau termasuk rongga tulang spinal. Lengkungan dapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting untuk diketahui, karena hal ini dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang mengalami pergeseran. Pada tingkat rotari lengkungan yang cukup besar mungkin dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru dan jantung.
Aspek paling penting dalam terjadinya Deformitas (kelainan) adalah Progresivitas pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang Vertebra kearah Lateral desertai dengan rotari tulang belakang, maka akan diikuti dengan perubahan perkembangan sekunder pada tulang Vertebra dan Iga. Oleh karena adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat progresif, disamping terjadi perubahan pada Vertebra, juga terjadi perubahan pada tulang iga, dimana bertambahnya kurva yang menyebabkan deformitas tulang igasemakin jelas. Tulang iga turut berputar dan menimbulkan deformitas berupa Punuk Iga (Rib Hump).
Pada Kanalis Spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan Kanalis Spinalis oleh karena terjadi penebalan dan pemendekan Lamina pada sisi Konkaf.
Keseimbangan lengkungan juga penting, karena ini mempengaruhi stabilitas dari tulang belakang dan pergerakan pinggul. Perubahan yang penting dalam keseimbangan dapat mempengaruhi gerak jalan.
6. Manifestasi Klinik
a. Penyimpangan tulang belakang Kalateral dari garis tengah (pada daerah tulang Thorakal) atau asimetri rongga toraks dan persambungan yang tidak sesuai dari Vertebra Spinalis, akan tampak apabila individu membungkuk.
b. Kelainan penampakan Normal Vertebra, yaitu ; Konkaf – Konveks – Konkaf yang terlihat menurun dari bahu ke bokong.
c. Menonjolnya tulang iga disisi Konveks.
d. Tinggi Krista Iliaka yang tidak sama, hal ini dapat menyebabkan satu tungkai lebih pendek dari pada tungkai lainnya atau sebaliknya, salah satu tungkai lebih tinggi dari pada tungkai lainnya.
e. Pergerakan dada terbatas pada inspirasi dalam.
f. Dapat mengeluh nafas pendek atau kesulitan dalam mengambil nafas dalam.
g. Pakaiannya tidak pas secara benar atau menggantung sebelah.
h. Tidak ada rasa nyeri yang menyertai.
7. Tes Diagnostik
A. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Polos
Pemeriksaan Radiologi terdiri atas pemeriksaan Foto Polos, Ap, lateral dan Obtik dalam keadaan berdiri atau duduk untuk menentukan besarnya sudut dan beratnya Skoliosis serta untuk melihat ada tidaknya kelainan bawaan pada Vertebra. Juga dibuat foto panggul untuk menilai Maturitas tulang dengan melihat sendi Lumbosakral dan Kritailioka. Foto ini merupakan dokumen awal untuk pencatatan sudut yang diukur menurut cara COBB dan RISSER – FERGUSON.
2. CT – Scan dan MR1
Pemeriksaan CT – Scan bermanfaat bila dilakukan bersama-sama dengan Mielografi. Pemeriksaan MR1 merupakan pemeriksaan Non – Invarif untuk meniali adanya kelainan pada Kanalis Spinalis dan ruang diskus dan dapat menghindari penggunaan mielografi.
B. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui Skoliosis yang berat.
TERAPI MEDIS
1. Postural skoliosis dapat diperbaiki dengan:
a. Latihan postural
b. Latihan yang dikombinasikan dengan traksi (misalnya traksi kotrel)
2. Pada skoliosis dimana lengkungan fleksibel (kurang dari 40 derajat) dan klien kooperatif, pemasangan brace yang dikombinasikan dengan latihan mungkin cukup untuk memperbaiki kelainan.
a. Brace milwaukee
b. Risser cast
c. Halo femoral atau traksi halo pelvis
3. pembedahan (meluruskan kembali vertebra dan menyatukannya), bila mana lengkungan lebih 40 derajt dan atau bracing tidak diperlukan biasanya disesuaikan dengan cara penanaman tulang dan pemakaian alat (instrumentasi)
a. instrumentasi batang harington, batang dan pengait dipasang secara seri yang menekan bagian tulang posterior
b. Instrumentasi Dwyer, kabel titanium dilewatkan melalui ujung skrup yang ditempatkan dibatang tulang vertebra
c. Instrumentasi Luque, dua batang berbentuk L dan kawat sejajar dipasang melintang batang vertebra (Long B.C, 1996)
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
Merupakan langkah awal dan mendasar dalam melakukan proses keperawatan secara konfrehensif meliputi aspek Bio-psiko-sosial dan spiritual dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) dan memanfaatkan data penunjang.
Dalam mengkaji pasien, kita perlu mengetahui identitas atau biodata pasien, selain itu hal-hal yang penting dikaji pada sistem Muskuloskletal dengan gangguan Skoliosis, adalah sebagai berikut :
A. Riwayat Keperawatan
Untuk gangguan Skoliosis, yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :
1. Pasien tidak dapat bernafas dengan leluasa atau nafas dalam.
2. Pakaian pasien tidak pas atau menggantung.
3. Pasien mengeluh kesulitan dalam pergerakan.
4. Pasien dapat mempunyai perasaan negatif terhadap penampilannya.
B. Pemeriksaan Fisik
Hal yang paling penting dalam pemeriksaan fisik terhadap penderita skoliosis adalah Observasi dan Palpasi.
1. Observasi
a). Cara berjalan.
b). Postur dan kemampuan untuk bangkit dari kursi.
c). Membandingkan ketinggian bahu.
2. Palpasi
Palpasi tulang belakang dilakukan dengan posisi pasien tegak lurus dan membungkuk kedepan. Dan Palpasi ekspansi dada dilakukan saat inspirasi dalam, maka akan terlihat sebagai berikut :
a). Tampak pembengkokan tulang belakang ketika pasien membungkuk dan punggung kedepan.
b). Keliatan pincang.
C. Riwayat Psikososial
Pasien-pasien Skoliosis semakin merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang-kadang mengisolasi diri. Perawat perlu mengkaji konsep diri untuk mendeteksi masalah-masalah Psikososial antara body image, harga diri atau citra diri dan identitas diri.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas b.d gangguan muskuloskeletal yaitu, perubahan bentuk rongga thoraks.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelainan rongga vertebra.
3. Gangguan citra diri b.d Skoliosis.
4. Potensial keterbatasan aktivitas b.d gangguan muskuloskelatal
5. Nyeri punggung b.d skoliosis
6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang metoda pengobatan yang baru
Perencanaan
Hasil yang diharapkan pada klien dengan skoliosis yang mendapat tindakan konservatif dapat meliputi sebagai berikut:
1. klien terhindar dari kemungkinan komplikasi
2. klien dapat mempertahankan fungsi yang maksimal dan tiak tergantung
3. klien berpartisipasi dalam rencana jangka panjang untuk perawatannya
Implementasi
1. Terapi Konservatif
Hampir semua Skoliosis dapat ditangani dengan konservatif. Pengobatan konservatif dipertahankan sampai terjadi pematangan pertumbuhan tulang. Prinsip pengobatan konservatif terdiri atas distraksi, traksi, penekanan lokal maupun secara kombinasi.
Terapi konservatif terdiri atas :
a). Observasi
Merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk menilai Progresivitas dari sudut, sehingga dapat diputuskan yang akan dilakukan.
b). Fisioterapi
Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang tegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang memendek.
c). Pemasangan Penyangga
Pemasangan penyangga seoerti penyangga dari Milwaukee atau penyangga dari Boston. Pembuatan penyangga ini harus dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus untuk pembuatan penyangga Skoliosis.
d). Pemasangan Bidai / Jaket Badan menurut Risser
Pada prinsipnya pemakaian jaket untuk traksi dan penekanan lokal.
2. Konseling Dan Penyuluhan
a. Bagaimana cara memasang, membuka dan merawat Milwaukee Brace.
b. Memilih pakaian yang pas dan dapat menutupi Brace.
c. Dengan pemakaian Brace tidak perlu membatasi aktivitas normal atau aktivitas yang diperlukan.
d. Latihan Portural dan latihan lainnya yang dianjurkan.
EVALUASI
1. Apakah komplikasi spinal dapat dihindari
2. Sejauh mana klien dapat berfungsi tanpa dukungan
3. Apakah klien dapat menjelaskan rencana jangka panjang perawtan selanjutnya ?
DAFTAR PUSTAKA
……………….., (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Pusat Tenaga Keseahatan depaertemen Kesehatan, Jakarta
Corwin, WJ, (1997), Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
Engram B. (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gibson J. (2003), Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat, Edisi 2, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
Lewis et. al (2000), Medical Surgical Nursing, edition 5th, Mosby, United States of America
Long B.C. (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar